​Rinduku Kembali Ke Sekolah

_Saatnya kembali ke sekolah_

_Dengan hati senang dan gembira_

_Berada di alam terbuka_

_Di sekolah alamku tercinta._
Menjadi intro yang menggambarkan rasa dan situasi di sekolahku. Sekolah Alam Indonesia cabang Meruyung. Tak hanya bagi anak-anak yang selalu merindukan saat ke sekolah, gurunya pun tidak mengenal istilah “i hate Monday” karena Senin adalah awal memulai niat dan amal shalih terbaik sebagai ibadah dan wujud syukur kepada Sang Pemberi karunia.
Memasuki gerbang sekolah, aku disambut oleh senyum dan sapa ramah bapak penjaga sekolah. Keriangan mulai tampak dari sosok-sosok mungil yang bersemangat pamit kepada bunda, ayah, atau siapa yang mengantar mereka seraya menitipkan doa dan kepercayaan pendidikan ananda pada hari itu. Anak-anak disambut pemandangan meneduhkan dari sosok para pendidik yang tengah melafalkan kalamullah untuk mengecas energi positif sebagai bekal merawat bunga-bunga peradaban. Anak-anak yang datang dengan kemurnian jiwa, siap menyerap apa yang mereka indera-rasakan. Kemudian terlihat suasana sapa salam antara semua warga sekolah di samping aktivitas keseharian Pak Pendi dengan kebun dan taman, Pakde dengan peralatan kebersihan dan pertukangan,  Mpok Dewi dengan sapunya juga guru-guru piket yang berjasa menjaga keindahan sekolah. Semua hal tersebut menambah semangat untuk memberikan yang terbaik di hari itu.
Di kelas-kelas, sudah nampak beberapa anak SD membersihkan kelas ditemani oleh guru kelasnya, juga keceriaan anak-anak KB/TK bermain bersama. Akhirnya bisa kuskyukuri letak kelasku di belakang karena kesempatanku untuk menyapa orang-orang jadi lebih besar sambil memungut sampah yang mungkin masih tercecer satu dua.
_Matahari pun bersinar cerah_

_Mengiringi senyumku merekah_

_Mengobati hati yang gelisah_

_Rinduku kembali ke sekolah_
Kelas dibuka dengan nyanyian gembira dan doa penghuni KB/TK dan lafal al ma’tsurat warga SD. Dilanjutkan dengan _morning talk_ penuh hikmah dari para guru yang menjelma motivator atau pedongeng ulung. Menanamkan nilai akhlak dan kepemimpinan juga mengasah logika berpikir para jiwa yang antusias di cerahnya pagi.
Mentari semakin ceria. Beragam pengalaman dan ilmu disuguhkan dalam bentuk aktivitas bermain, bereksperimen, bernyanyi, berkebun, senam di Rabu Ceria, muhadharah, outbound, renang, presentasi,  _fun cooking, daily writing_ shalat dhuha, juga menghafal Al Qur’an, bahasa inggris, bahasa arab. 
Saat istirahat, anak-anak pun tak luput dari pembelajaran kehidupan. Berbagi saat _snack time,_ pun mengantri saat bermain sudah biasa mereka lakukan meski tanpa diminta. Ada kalanya satu dua berkonflik. Guru akan memediasi mereka untuk menguraikan kejadian secara bergantian. Tidak boleh ada yang menyela saat temannya berbicara. Lantas mereka menyadari posisi masing-masing lalu saling minta maaf dan memaafkan kemudian bermain kembali. Ah, indahnya masa anak-anak. Tak ada dendam meski sampai berlinang air mata.
Raja siang mulai menampakkan teriknya. Seusai merapikan kelas, anak-anak memulai rutinitasnya makan siang. Nenek dan ibu kantin mengambil peran bagi sebagian anak yang ikut katering. Kemudian anak-anak mencuci tempat makannya sendiri, wudhu, shalat berjamaah, berdzikir. Siswa preschool juga SD 1 tutup kelas. Kakak-kakak SD 2 ke atas menikmati istirahat siangnya dengan berbagai aktivitas. Ada yang senang bermain di luar kelas, ada juga yang memilih beraktivitas di kelas. Semua berpadu dalam harmoni hingga kelas ditutup.
Pada momen2 tertentu, sekolah diwarnai dengan _event Market Day, Language Fair, Indonesian Culture_, peringatan Idul Adha, hari kemerdekaan dan hari pahlawan, juga sesi _camping_ seperti OTFA untuk SD 1-5, praOTFA untuk SD 1, _day camp_ untuk KB/TK, juga momen berharga _Ramadhan Camp_ untuk merayakan bulan penuh barakah ini. 
_Ya Allah tambahkan aku ilmu_

_Berkahilah pemahamanku_

_Aku berharap semakin mulia_

_Menjadi manusia berguna_
Ada pun outing menjadi entitas tak terpisahkan dari sekolah. Dari kelas kecil yang bepergian di dalam kota seperti ke mini market, toko bangunan, dokter gigi, perkebunan atau peternakan, kebun binatang, museum, palnetarium, hingga kelas besar yang menyelam di laut, menyusuri bukit dan goa, menjelajahi propinsi bahkan pulau lain untuk mempelajari bentang alam, batuan, hewan langka, bahkan mendapat sesi kuliah di perguruan tinggi.
Segala ilmu, pengalaman, tekad terimplementasikan di sini. Menjadi sekolah kehidupan yang menjadi bekal ananda mengarungi zamannya kelak. Bahkan, di usia belia mereka dapat menghasilkan karya seperti buku, lagu maupun dokumentasi video yang melukiskan proses belajar sekaligus taget pencapaian mereka dalam akhlak, kepemimpinan, dan logika berpikir. Semua sungguh tak ternilai. Tak tergantikan dengan sekedar tes di selembar kertas atau angka di rapot.
_Bermanfaat bagi agama_

_Bermanfaat bagi nusa bangsa_

_Bermanfaat bagi semua_
Semoga doa dalam lirik lagu gubahan Pak Novi tersebut selalu menjadi spirit yang membangkitkan jiwa seluruh komunitas. Menjadi inkubator yang melahirkan pemimpin peradaban kelak, yang berakhlak mulia lagi tajam akalnya. Aamiin Allahumma aamiin.

Lovely Slime

Suatu pagi yang cerah, di kelas yang indah, sambil mengomandoi piket bocah-bocah, ada seorang nona mendekatiku dengan sumringah

Nona: “Bu Nesya, aku punya sesuatu buat bu Nesya!” Ujarnya sambil menyembunyikan sesuatu-di-tangan di belakang tubuhnya

Aku: Apa tuuh? Tanyaku sambil tersenyum nggak kalah sumringah

Nona: “Ini dia, slime!” Ia memberikan 2 cup slime warna ungu dan yang satu campuran ungu biru bergliter yang cantik berbungkus plastik dan secarik kertas bertuliskan darinya untuk bu nesya. Aku memang pernah memesan slime kepadanya karena sang kakak berjualan slime. Ternyata dia ingat hihi.

“Terima kasih sayaaaang. Eh tapi kok dua? Kan aku cuma pesan satu”

“Nggak papa itu buat Bu Nesya dua-duanya”

Aku menatapnya haru. Aku teringat ia pernah memberikan hadiah bross manis dan mengatakan dengan malu-malu, “Aku kasih itu karena aku suka Bu Nesya”. Aku memeluknya seraya mendoakan kebaikannya. “Sayang, kapan-kapan kalau kamu mau kasih sesuatu yang kamu buat sendiri ya…” senyumku.

Aku hendak menyimpan slime itu di tas, lalu sang nona memanggilku lagi

Nona: “Bu, sebenarnya itu yang satu untukku sih” ujarnya malu-malu dengan ekspresi pingin-banget-main-slime

Aku: “Ooh, iya bilang atuh neng dari tadi..” aku tertawa menggoda

Nona: “Ibu pilih warna apa?”

Aku: “Terserah kamu saja. Kamu boleh pilih”. Dia pilih warna ungu biru bergliter lantas memainkannya bersama teman-teman.

Di hari lain sepulang sekolah, aku menemui kakak sang nona untuk membayar slime itu. Lantas kakaknya berkata, 

“Itu dia yang bikin sendiri kok buat Ibu”

“Ah masa sih Kak? Bukannya Kakak yang buatin?”

“Nggak kok, beneran itu dia yang bikin, katanya buat bu Nesya”

“Kalau gitu, terima kasih ya Kak..”

“Sama-sama”

Aku senyum-senyum sendiri sambil berkata dalam hati, “Besok kucubit gemes pipinyaaa”
#trend baru

#edisiceloteh4

Let’s Play A Play Dough! ^^

Pasti nggak asing lagi kan dengan mainan yang satu ini?

Iya, itu lho yang mirip lilin mainan atau ‘malam’ yang bisa dibeli di mana-mana dengan berbagai range harga dan kualitas. (Kalau zaman ortuku dulu, sekitar tahun 60an masih lebih mudah menemukan tanah liat (lempung) yang tentu lebih alami.) Sifat play dough yang lembut, lentur dan kalis membuatnya menyenangkan untuk dipegang dan dibentuk.

Faktanya, Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI), 2007, menelusuri bahwa mainan murah yang dipasok dari Cina mengandung kira-kira 80% timbal dan racun. Sungguh angka yang sangat tragis mengingat sebagian besar masyarakat kita sangat tergantung pada produk-produk cina. Kebanyakan mainan dengan harga murah dibuat dari bahan yang telah didaur ulang beberapa kali. Dalam ilmu kimia, timbal (Pb) seringkali dicampurkan pada zat yang berwarna. Fungsinya untuk mengikatkan molekul zat warna pada bahan yang akan dilapisi.

Produk mainan dari cina tidak mempertimbangkan kualitas, hanya mempertimbangkan bentuk yang lucu atau warna yang meriah. Mainan dengan kualitas rendah terbuat dari bahan yang mudah terurai jika terkena panas. Penguraian tersebut menghamburkan timbal ke udara. Akibatnya jika dimainkan dalam jangka waktu lama, timbal akan terhirup dalam pernafasan. Efek ini akan timbul setelah timbal mengendap dalam tubuh yaitu saat anak-anak sudah memasuki usia sekolah. Gangguan yang timbul adalah kelainan otak dan darah, penyakit yang diderita berupa autis, sakit pernafasan, asma, dan lemah konsentrasi.

Lantas apakah kita akan melarang anak kita bermain? Kita tidak ingin menghambat kreatifitasnya bukan? Nah, sebagai alternatif aku mau berbagi sedikit cara membuat play dough yang lebih aman, murah dan mudah untuk dibuat di rumah. Tapi sebelumnya, aku mau membagi info tentang play dough itu sendiri… let’s check it out! 😉

Asal-usul Play Dough

Play dough (pley doh) adalah senyawa pemodelan yang digunakan oleh anak-anak untuk proyek-proyek seni dan kerajinan di rumah dan di sekolah. Playdough terbuat dari tepung, air, garam, asam borat, dan minyak mineral, produk pertama kali diproduksi di Cincinnati, Ohio, AS, sebagai pembersih wallpaper pada 1930-an. (Baca lebih lanjut di sini)

Manfaat Play Dough

Pada dasarnya bermain play dough mempunyai manfaat sebagai berikut:

  • Membantu memperkuat jari, tangan dan pergelangan
  • Meningkatkan kemampuan motorik
  • Meningkatkan kreativitas dan imajinasi
  • Membantu anak membentuk harga diri, tidak ada istilah salah atau benar dalam menciptakan berbagai  bentuk dengan play dough.

Bagi balita, play dough memiliki banyak manfaat seperti,

Kemampuan Sensorik
Salah satu cara bayi untuk mengenal sesuatu yaitu melalui sentuhan. Dengan bermain play dough mereka belajar tentang tekstur, serta bagaimana menciptakan sesuatu.

Kemampuan Berfikir

Bermain play dough bisa mengasah kemampuan berfikir anak. Latihlah dia dengan memeberikan contoh bagaimana bermain dan menciptakan sesuatu dengan play dough.

Self Esteem

Permainan play dough adalah permainan yang tanpa aturan sehingga berguna untuk mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreatifitas anak. Dengan bermain play dough dapat meningkatkan rasa ingin tahu si kecil, sekaligus mengajarkannya tentang problem solving yang berguna untuk meningkatkan self esteemnya.

Kemampuan Berbahasa
Meremas, berguling, membuat bola, dan berputar adalah beberapa kata yang akan sering didengar anak anda saat bermain play dough. Gunakan kata-kata untuk mendeskripsikan kegiatan anda bermain play dough. Atau jika perlu berilah nama untuk setiap bentuk yang anda buat dari play dough.

Kemampuan Sosial

selain bermain dengan anda, berilah kesempatan pada sikecil untuk bermain play dough dengan teman-temannya. Dengan bermain bersama, si kecil punya kesempatan untuk menjalin interaksi yang akrab dengan teman-temannya. Seorang anak pada dasarnya berfikiran self center, namun dengan melakukan aktifitas bermain bersama tersebut, maka anak-anak akan belajar bahwa bermain bersama juga sangat menyenangkan.

Anda juga dapat mengajak anak anda belajar tentang warna. Beberapa warna dapat dicampur menjadi warna baru, misalnya biru dan merah dicampur akan menjadi ungu, biru dan kuning menghasilkan warna hijau dan merah dicampur kuning menjadi jingga (orange).

Luar biasa bukan? Nah, ini nih yang ditunggu-tunggu, resep membuat play dough!

Bahan-bahan yang diperlukan :

  • 2 cup tepung terigu
  • 1 cup garam halus
  • 2 sdm minyak sayur (boleh minyak lain, baby oil, glycerine)
  • 1 cup air
  • 2 sdt krim tar-tar
  • Pewarna makanan/kue
  • Aroma makanan bubuk atau pasta (jeruk, vanilla, strawberry, kayu manis dll.)

Catatan : Banyaknya terigu dan garam bisa disesuaikan dengan kebutuhan asalkan perbandingan terigu dibanding garamnya 2:1. Penggunaan aroma makanan bersifat opsional karena walaupun terbuat dari bahan yang aman, tetap perlu dijaga agar tidak dimakan oleh anak.


Cara membuat

  1. Campur semua bahan (kecuali pewarna) dalam panci diremas-remas/uleni menjadi adonan elastis, seperti membuat kue.
  2. Panaskan dalam panci sampai menjadi gumpalan yang lembut dan licin, agar mudah dibentuk. (tahapan ini bisa dilewatkan)
  3. Adonan dibagi untuk diberi warna, campur pewarna dengan sedikit air, adonan diremas-remas lagi sampai warnanya merata.
  4. Untuk membuat adonan dough yang lebih keras, tambahkan 1 cup tepung terigu lagi.
  5. Tambahkan krim tar-tar, agar lebih awet dan elastis, jadilah dough bikinan kita sendiri.

Cara Menyimpan

Simpan play dough dalam wadah yang tertutup rapat atau kantong plastik, plastic wrap / cling film dan diikat kemudian masukkan dalam kulkas sehingga tidak cepat mengeras. Bila Play-Doh terasa lengket setelah di simpan di kulkas, tambahkan sedikit tepung terigu dan uleni kembali. Ini bisa diulang-ulang hingga play dough menjadi kaku dan tidak bisa dimainkan lagi. Jika demikian, maka sudah waktunya untuk membuat yang baru! ^^

Cara Bermain

Nah, sekarang kita bisa bermain dengan dough kreasi sendiri. Bisa dibentuk apa saja, ditekan-tekan, dirol, dipotong, dicetak dengan cetakan mainan dough atau cetakan kue atau

Hasilnya?

Ini kali pertamaku membuat play dough sewaktu magang di TK A Potato Sekolah Alam Indonesia tahun 2012. Anak-anak begitu antusias memainkannya meskipun ada juga anak yang tidak suka dengan teksturnya yang menempel pada tangan ^^

Naga Isa

Seru khaaan…? Ayo buruan matiin laptopnya trus berkreasi dengan sang buah hati. Semangka mencoba! Oh ya, sebelum mulai bermain, dimulai dengan berdoa dulu ya supaya berkah… ^____^

Sumber

Wikipedia

http://mediadidik.blogspot.com/2011/09/bermain-dengan-play-doh-fun-dan.html

http://www.kafebalita.com/content/articles/read/2009/04/manfaat-bermain-play-dough/1164

http://yellashakti.wordpress.com/2008/04/08/mainan-aman-untuk-anak/

Dokumentasi pribadi

Aku Ingin

Ceritanya, pada hari itu, kelas SD 1 River membuat Pohon Harapan yang akan digantungkan keinginan anak-anak yang bisa dicapai di akhir kelas 1 ini. Mereka menuliskannya di sepotong kertas yang akan digantung pada ranting Pohon Harapan agar dapat melihatnya setiap hari dan turut menyemangati mimpi kawan-kawannya.

Masya Allah, keinginan mereka sungguh luar biasa! Ada yang ingin dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, ingin pintar belajar Qur’an, ingin selesai menghafal juz 30 (sekarang alhamdulillaah sudah sampai Al-Insyiqaq), ingin mengenal Nabi Muhammad lebih dekat karena kerinduannya yang begitu besar akan sosok manusia mulia ini hingga pernah suatu hari ia menitikkan air mata karenanya. Bahkan ia menceritakan dengan begitu semangat tentang mimpinya bertemu baginda nabi shalallaho ‘alayhi wasalam =’).

Impian lainnya yang tak kalah semangatnya ialah menjadi tentara Islam yang hafal Qur’an juga. Ia ingin belajar menembak dan memanah. Ada lagi yang ingin jago Bahasa Arab, jago berenang, jago karate, jago main bola. Ada pula yang ingin agar kelas kami menjadi kompak juga ada yang ingin kelasnya bagus dan rapi (idealis sekali! ^^). Ada keinginan yang paling unik di antara semua. Ia ingin bisa membuat sepatu sendiri! “Aku harus membuat polanya dulu” ujarnya. Out of the box dan kreatif! ;9

Ternyata, menuliskan mimpi tidak begitu mudah untuk beberapa anak. Ketika teman-temannya sudah beranjak ke aktivitas berikutnya, mereka masih belum menuliskan apa-apa. Aku coba menggali apa yang mereka inginkan. Apa yang ingin mereka bisa lakukan atau keinginan mereka untuk kelas ini atau harapan mereka untuk orang tua mereka, guru, atau pun teman-teman mereka. Mereka tetap tak bergeming.

Aku berpikir, kira-kira bagaimana ya agar mereka terinspirasi untuk menuliskan mimpi-mimpinya. Aku mulai bercerita kepada seluruh kelas.

“Teman-teman, ada yang tahu kalau bayi itu belajar apa saja ya?” aku memulai.

“Belajar ngomong!”

“Belajar berdiri!”

“Belajar jalan!”

“Belajar pegang benda!”

“Iya benar! Kalian dulu juga begitu tidak?”

“Iya Bu! tapi saya nggak ingat!” anak-anak tertawa.

“Hehe, tapi ibu tahu lho ceritanya sewaktu kalian masih bayi. Coba, kalau kalian yang punya adik atau pernah memperhatikan bayi. Bayi kalau belajar berdiri kira-kira sekali langsung bisa berdiri apa jatuh-jatuh dulu?”

“Jatuh dulu!” mereka serempak.

“Kalau jatuh mereka nangis terus nggak mau berdiri lagi apa tetap belajar berdiri lagi ya?”

”Nangis tapi belajar berdiri lagi!”

”Kalau belajar jalan, kira-kira langsung bisa berjalan seperti kalian apa begini dulu ya?” aku memperagakan cara bayi berjalan, anak-anak tertawa.

”Kalau belajar bicara mereka langsung bisa bicara atau ngomong ’ma.. ma..’ dulu ya?” mereka tertawa lagi.

”Aku waktu umur 3 bulan sudah bisa bicara ’Ummi aku mau susu!’” ujar seorang anak.

”Oh ya? Hebat! Subhanallaah… Nah… kalian sewaktu bayi hebat nggak tuh?”

”Hebaaat!” sahut mereka.

”Kira-kira kalian akan bisa berjalan, bicara dan berlari nggak kalau kalian tidak punya keinginan dalam diri kalian ’aku ingin berlari’ begitu di dalam hati kalian?”

”Nggaaak…”

”Kalau mau makan, bisa nggak tiba-tiba makanannya datang sendiri?”

 

“Nggaaak”
“Berarti setiap manusia punya keinginan untuk belajar kan?”
“Punya Bu!”
“Punya mimpi untuk diwujudkan?”
“Punya!”
“Kalau begitu ayo kalian tuliskan pada kertas, mimpi-mimpi kalian itu untuk digantungkan pada Pohon Harapan. Yang sudah menulis dan ingin menambahkan lagi dipersilahkan.”
Alhamdulillah, beberapa anak yang tadi belum menuliskan mimpinya, dengan semangat segera menulis. Tangan-tangan kecil itu menyerahkan kertas-kertas bertuliskan mimpi-mimpi mereka yang siap digantung. Aku tersenyum dan berterima kasih kepada mereka. Anak-anak hebat yang masih diselimuti fitrah.
Semoga Allah memeluk mimpi-mimpi kalian dan menguatkan akar keimanan kalian tuk mewujudkannya anak-anak sungaiku. Sungai yang senantiasa mengalirkan semangat hidup dan memberi manfaat bagi sekitarnya, SD 1 River. (-^___^-)